Pekanbaru (Matariaubertuah.com),- Minggu 27 Oktober 2024, Banyak orang, terutama dengan kapasitas sumber daya manusia dan tingkat IQ yang rendah, sering kali belum memahami perbedaan mendasar antara istilah dalam bahasa yang digunakan dalam sebuah pernyataan. Akibatnya, tanpa penjelasan yang rinci, suatu ungkapan dapat menimbulkan kebingungan yang pada akhirnya memicu kesalahan dalam penalaran dan kesimpulan.

Salah satu contohnya adalah adanya pihak-pihak yang menyamakan makna antara “menghasut” dan “mengadu domba,” meskipun keduanya jelas berbeda. Pemahaman terhadap ilmu logika (mantik) sebenarnya dapat memperjelas perbedaan ini. Bahkan, hanya dengan memahami definisi dasar, seharusnya perbedaan antara kata “hasut” dan “adu domba” sudah dapat dipahami.

“Menghasut” adalah tindakan menanamkan atau membangkitkan rasa benci seseorang terhadap individu tertentu yang menjadi sasaran provokasi, agar orang yang dihasut kemudian mendiamkan, mengucilkan, memusuhi, melawan, memberontak, atau marah terhadap individu tersebut. Meski awalnya tidak ada bibit kebencian dalam diri orang yang dihasut, melalui hasutan, amarah bisa saja muncul.

Tujuan utama seorang penghasut adalah memanfaatkan orang lain sebagai alat atau senjata untuk menyerang pihak-pihak yang dibenci tanpa perlu bertindak langsung, sehingga reputasi si penghasut tetap “bersih” di mata publik maupun di hadapan targetnya.

Sementara itu, “mengadu domba” adalah tindakan mempertemukan dua pihak dalam pertentangan, sehingga tercipta konflik yang berujung pada kerugian bagi kedua belah pihak, namun menguntungkan si penghasut. Tindakan mengadu domba dapat dilakukan baik dengan fitnah maupun dengan menyampaikan fakta secara sengaja. Yang terpenting bagi pelaku adu domba adalah terjadinya pertikaian dan perpecahan.

Dari sini dapat dipahami bahwa tindakan adu domba cenderung lebih jahat karena potensi dampak kerusakannya lebih luas. Tidak hanya menimbulkan konflik batin dan tekanan mental, tetapi juga dapat berujung pada kerugian fisik, finansial, hingga konflik sosial.

Perbedaan lainnya adalah bahwa dalam hasutan, sang penghasut dapat memiliki niat merusak hidup individu yang dihasut, bahkan mendorongnya melakukan tindakan melanggar hukum. Korban hasutan bisa jadi tidak mengenal individu yang dihasut untuk dilawan, tetapi si penghasut mengenalnya cukup baik untuk memanipulasi situasi.

Misalnya, seseorang bernama A memiliki teman B dan C. A, yang mengenal C sebagai orang kaya dan tidak disukainya, menghasut B yang sedang membutuhkan uang dengan berkata, “Di kampung sana ada rumah orang kaya yang sering kosong. Kalau kamu mencuri, pasti dapat banyak uang.” Rumah itu, nyatanya, adalah milik C.

Di contoh lain, individu A berusaha mengadu domba antara B dan C, teman-temannya. Awalnya, hubungan antara B dan C biasa saja. Namun, dengan kelihaian A memutar kata-kata dan bersikap bermuka dua, ia secara diam-diam berbicara pada B dan C secara terpisah, menyampaikan hasutan yang membuat B mulai memusuhi C, sementara C memilih menjaga jarak, walau tidak langsung menanggapi negatif.

Sebagai kesimpulan, meskipun baik menghasut maupun mengadu domba adalah bentuk provokasi, perbedaannya terletak pada dampaknya. Dalam hasutan, hanya pihak yang dihasut yang mungkin bertindak aktif, sedangkan dalam adu domba, harus ada interaksi atau konflik antara dua pihak yang telah diprovokasi.