(Matariaubertuah.com),- Kebakaran hutan hebat yang melanda wilayah Kanada kini memicu kekhawatiran global. Asap pekat dari kobaran api yang telah membakar jutaan hektar lahan tidak hanya menyelimuti sebagian besar Kanada dan Amerika Serikat, tetapi juga telah mencapai Benua Eropa setelah menyeberangi Samudra Atlantik.

Lebih dari 2 juta hektar lahan hangus, dan lebih dari 26.000 warga terpaksa mengungsi akibat kebakaran yang tak terkendali. Provinsi-provinsi seperti Saskatchewan dan Manitoba telah menyatakan status darurat, dengan pemerintah daerah memperingatkan bahwa situasi bisa memburuk dalam waktu dekat.

“Kita masih akan menghadapi hari-hari yang berat,” ujar Perdana Menteri Saskatchewan, Scott Moe, dalam konferensi pers, Rabu (3/6/2025). Ia memperkirakan jumlah pengungsi akan terus bertambah seiring meluasnya kebakaran.

Menurut data dari Pusat Kebakaran Hutan Antarlembaga Kanada, hingga Selasa (2/6/2025), terdapat 208 titik kebakaran aktif di seluruh Kanada, dengan setengah di antaranya berada di luar kendali. Banyak dari kebakaran itu terjadi di wilayah terpencil yang dihuni komunitas adat, dan sejumlah pemukiman dilaporkan telah habis dilalap api.

Kondisi yang semakin darurat memaksa pemerintah federal mengerahkan militer untuk membantu proses evakuasi dan penanggulangan kebakaran. Menteri Manajemen Darurat Kanada, Eleanor Olszewski, menyebut musim kebakaran kali ini sebagai salah satu yang paling ekstrem dalam sejarah Kanada.

“Musim kebakaran dimulai lebih awal dan lebih dahsyat. Ini masa yang sangat menantang bagi rakyat Kanada,” katanya.

Dampak kebakaran juga menghantam sektor ekonomi. Beberapa perusahaan energi besar di Alberta, seperti Canadian Natural Resources, MEG Energy Corp, dan Cenovus Energy, menghentikan operasi dan mengevakuasi para pekerja demi keselamatan.

Tidak hanya berdampak lokal, asap dari kebakaran tersebut telah memperburuk kualitas udara di sejumlah negara bagian Amerika Serikat seperti Minnesota, Michigan, dan Wisconsin. Environment Canada mengeluarkan peringatan agar masyarakat menghindari aktivitas luar ruangan karena tingkat polusi udara yang sangat tinggi dan jarak pandang yang terbatas.

Yang lebih mengejutkan, gumpalan asap kini telah terdeteksi di langit Eropa. Copernicus Atmosphere Monitoring Service (CAMS), badan pemantau atmosfer Uni Eropa, melaporkan bahwa asap dari Kanada telah melintasi Atlantik dan mencapai benua tersebut.

“Meski berada di lapisan atmosfer yang tinggi, asap tersebut menyebabkan langit di beberapa kawasan Eropa menjadi berkabut, dengan matahari tampak merah menyala,” jelas Mark Parrington, ilmuwan senior di CAMS.

Para ahli mengaitkan parahnya musim kebakaran kali ini dengan dampak perubahan iklim. Salju yang mencair lebih cepat dari biasanya membuat tanah dan vegetasi kering lebih awal, menciptakan kondisi ideal untuk munculnya kebakaran besar.

“Perubahan iklim memperpanjang dan memperparah musim kebakaran. Permukaan tanah lebih cepat kering, dan begitu api muncul, intensitasnya sangat sulit dikendalikan,” jelas Hossein Bonakdar, profesor lingkungan dari Universitas Ottawa.

Sementara itu, Kanada bukan satu-satunya negara yang menghadapi bencana serupa. Copernicus juga melaporkan kebakaran besar di wilayah timur Rusia, khususnya sekitar Danau Baikal, dengan emisi karbon dari kebakaran tersebut diperkirakan telah mencapai 35 juta ton sejak awal April.

Kebakaran hutan kini menjadi krisis lintas batas. Dari Amerika Utara hingga Eropa dan Asia, kualitas udara terus menurun, memperkuat urgensi akan aksi iklim global yang lebih serius dan terkoordinasi.(rtml)