Pekanbaru (Matariaubertuah.com),- 25 November bertepatan Hari Guru Nasional menjadi kesempatan penting untuk merefleksikan kembali peran strategis guru dalam membentuk karakter generasi muda. Abdul Mutholib, S.Pd.I., M.Pd yang Akrab si sapa (Bung Abdul), seorang pemerhati pendidikan dari Provinsi Riau, menyampaikan pandangannya mengenai pentingnya pendidikan ilmu agama sebagai fondasi utama dalam membangun moral siswa. Di tengah derasnya arus globalisasi, nilai-nilai agama menjadi benteng yang harus terus diperkuat agar tidak terkikis oleh pengaruh budaya asing.

Menurut Bung Abdul, Provinsi Riau dengan lebih dari 5.641 sekolah, baik negeri maupun swasta, memiliki potensi besar untuk menjadikan pendidikan ilmu agama sebagai bagian integral dalam proses pendidikan. “Guru tidak hanya bertugas menyampaikan materi akademik, tetapi juga harus menanamkan nilai-nilai agama sebagai bekal moral siswa,” ujarnya. AM mengingatkan pentingnya filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara, “Ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani,” yang menekankan peran guru sebagai teladan dan pembimbing bagi siswa dalam setiap tahap pembelajaran.

Bung Abdul juga menggarisbawahi bahwa pendidikan ilmu agama memiliki dasar yang kuat dalam Al-Qur’an, seperti yang tercantum dalam Surah Al-‘Alaq ayat 1-5: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan… Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” Ayat ini, menurutnya, mengajarkan bahwa pendidikan berbasis tauhid adalah dasar dari segala ilmu pengetahuan yang membawa keberkahan.

Teknologi sebagai Solusi untuk Kesenjangan Pendidikan

Bung Abdul menyadari adanya tantangan dalam pelaksanaan pendidikan, terutama di daerah-daerah terpencil di Riau yang masih menghadapi kesenjangan fasilitas. Ia percaya bahwa teknologi dapat menjadi solusi efektif untuk menjembatani kesenjangan tersebut, termasuk dalam pembelajaran ilmu agama.

“Pembelajaran daring dan aplikasi berbasis agama adalah inovasi yang dapat membantu menjangkau siswa di wilayah sulit akses,” terang Bung Abdul. Pendekatan ini, menurutnya, harus dirancang sedemikian rupa agar relevan dan menarik bagi generasi muda yang sangat akrab dengan teknologi.

Bung Abdul juga mengingatkan pentingnya semangat mencari ilmu, seperti yang disampaikan Rasulullah SAW dalam sebuah hadis: “Barang siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga” (HR. Muslim). Hadis ini, menurutnya, menjadi motivasi untuk terus menghadirkan solusi terbaik demi kemajuan pendidikan di semua lini, termasuk dalam pemanfaatan teknologi.

Harapan untuk Masa Depan Pendidikan Agama

Menurut Bung Abdul, keberhasilan pendidikan ilmu agama membutuhkan kerja sama yang erat antara pemerintah, guru, dan masyarakat. Ia mengingatkan bahwa pendidikan agama bukan sekadar mata pelajaran di sekolah, tetapi juga sarana pembentukan karakter yang berlandaskan nilai-nilai keimanan. Hal ini sejalan dengan pandangan Buya Hamka: “Ilmu itu bukanlah untuk kepentingan dunia semata, tetapi juga untuk membuat manusia menjadi lebih dekat dengan Tuhan.”

Bung Abdul optimis bahwa dengan pendidikan ilmu agama yang kuat, generasi muda Riau dapat tumbuh menjadi individu yang unggul, tidak hanya dalam aspek akademik tetapi juga dalam moral dan akhlak. “Generasi ini harus mampu bersaing di tingkat global tanpa kehilangan jati diri budaya lokal dan nilai-nilai keagamaannya,” tegasnya.

Hari Guru Nasional, yang diperingati setiap 25 November, bukan hanya perayaan simbolis, tetapi juga momen refleksi bagi semua pihak untuk memperkuat sistem pendidikan, khususnya di bidang ilmu agama.

“Jika pendidikan ilmu agama dikelola dengan baik, saya yakin Riau dapat menjadi contoh bagi daerah lain dalam melahirkan generasi muda yang berkarakter kuat, berintegritas, dan memiliki daya saing yang tinggi,” pungkas Bung Abdul.