(Matariaubertuah.com),- Rencana gencatan senjata di Jalur Gaza yang semula dijadwalkan dimulai pada Minggu pagi, 19 Januari 2024, mengalami penundaan setelah pihak Israel dan Hamas saling menyalahkan atas kegagalan implementasinya.

Laksamana Muda Daniel Hagari, juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF), menyatakan bahwa penundaan terjadi karena Hamas belum menyerahkan daftar nama sandera yang dijadwalkan dibebaskan pada fase pertama perjanjian. “Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menegaskan bahwa gencatan senjata tidak akan dilaksanakan jika Hamas tidak mematuhi perjanjian tersebut,” ujar Hagari dalam pernyataannya.

Hagari juga menegaskan bahwa operasi militer Israel di Gaza akan terus berlangsung hingga Hamas menunjukkan kepatuhan penuh terhadap kesepakatan.

Di sisi lain, Hamas menyatakan tetap berkomitmen pada perjanjian gencatan senjata yang diumumkan pekan lalu, tetapi belum ada kepastian mengenai waktu implementasi kesepakatan tersebut.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Qatar, Majid al-Ansari, menyebutkan bahwa gencatan senjata seharusnya mulai berlaku pada pukul 8:30 pagi waktu setempat, Minggu, 19 Januari 2024. Ia meminta semua pihak menjaga ketenangan selama proses ini berlangsung.

Namun, peringatan keras datang dari Perdana Menteri Netanyahu, yang menyebut Israel tidak akan melanjutkan kesepakatan tanpa daftar resmi nama sandera. “Israel tidak akan membiarkan pelanggaran perjanjian ini. Hamas memikul tanggung jawab penuh,” tegas Netanyahu.

Draf perjanjian yang telah disetujui Kabinet Israel mencakup pembebasan bertahap sandera oleh Hamas dengan imbalan pembebasan tahanan Palestina oleh Israel. Dalam fase pertama, Hamas dijadwalkan membebaskan 33 sandera wanita dan anak-anak, serta tahanan berusia di atas 50 tahun. Sebagai gantinya, Israel akan melepaskan sekitar 1.900 tahanan Palestina, termasuk anak-anak dan wanita.

Kesepakatan ini juga mencakup penarikan pasukan Israel ke zona penyangga selebar satu kilometer di dalam Gaza selama tahap pertama. Namun, ketegangan antara kedua pihak memperburuk situasi, membuat implementasi gencatan senjata penuh tanda tanya.

Keterlibatan mediator Qatar dan peringatan dari berbagai pihak internasional menekankan pentingnya langkah hati-hati untuk menghindari eskalasi lebih lanjut. Hingga kini, kelanjutan perundingan dan waktu dimulainya gencatan senjata masih belum jelas.