Pasir Pengarian (Matariaubertuah.com),- Pemilu sering dipahami sebagai ajang mencari pemimpin terbaik yang mampu membawa perubahan besar bagi masyarakat. Namun, pandangan kritis yang pernah diungkapkan filsuf Franz Magnis-Suseno menyatakan bahwa pemilu sesungguhnya adalah upaya untuk mencegah yang terburuk berkuasa. Perspektif ini juga diangkat oleh Resti Hefriyenni, S.H., M.H., seorang praktisi hukum dan pemerhati politik.

Menurut Resti, pemilu tidak sekadar mencari kandidat ideal, tetapi juga bertujuan untuk mencegah pemimpin yang tidak kompeten atau berpotensi menyalahgunakan kekuasaan. “Pemilu bukan hanya soal siapa yang terbaik, tapi bagaimana kita mencegah hal terburuk terjadi. Ketika kita memilih untuk golput, kita secara tidak langsung memberikan peluang lebih besar bagi mereka yang kurang layak untuk berkuasa”.

Dalam realitas politik Indonesia, pilihan yang ada dalam pemilu sering kali tidak sempurna. Namun, menurut Resti, kondisi ini justru semakin memperkuat alasan bagi masyarakat untuk tidak abai menggunakan hak pilih. Dengan menentukan pilihan secara bijak, masyarakat berkontribusi langsung dalam menjaga stabilitas dan kualitas demokrasi. “Pemilu memang tidak selalu memberikan kandidat yang ideal, tetapi itu bukan alasan untuk menyerah atau bersikap apatis. Sebaliknya, ini adalah tanggung jawab kita sebagai warga negara untuk memastikan bahwa pemimpin yang dipilih setidaknya memiliki kapasitas dan integritas untuk membawa perubahan positif”.

Resti menekankan bahwa edukasi politik menjadi kunci dalam menciptakan pemilih yang cerdas. Jika masyarakat terus pasrah dengan keadaan atau terjebak dalam pencitraan semata, calon pemimpin yang tidak berintegritas akan selalu memiliki peluang besar untuk menang. Oleh karena itu, pemilih harus kritis dalam menilai rekam jejak, visi, dan program kerja kandidat.
“Jangan mudah tergoda dengan janji-janji manis atau pencitraan di media. Lihat apa yang telah mereka lakukan, bukan hanya apa yang mereka katakan akan dilakukan. Hal ini penting agar pemimpin yang dipilih benar-benar bekerja untuk rakyat, bukan untuk kepentingan pribadi atau kelompoknya”.

Resti mengingatkan bahwa hak pilih adalah senjata utama rakyat untuk menentukan arah masa depan bangsa. Dengan menggunakan hak pilih, masyarakat ikut menjaga demokrasi dari pengaruh kekuatan politik yang tidak bertanggung jawab. Pemilu, bukan hanya soal memenuhi aspirasi pribadi, tetapi juga tanggung jawab sosial untuk memastikan bahwa bangsa ini dipimpin oleh orang-orang yang mampu dan layak. Setiap suara sangat berarti dalam membangun masa depan bersama.

Pandangan Resti Hefriyenni, S.H., M.H. menggambarkan pemilu sebagai mekanisme penting untuk mencegah yang terburuk berkuasa, sekaligus menjadi pengingat bahwa setiap suara memiliki dampak besar. Dengan edukasi politik yang lebih baik, masyarakat dapat lebih bijak dalam memilih pemimpin, sehingga hasil pemilu mencerminkan harapan rakyat.

Suara rakyat adalah suara tuhan (Vox Populi Vox Dei) dengan menggunakan hak pilih dengan bijak, kita turut menjaga kehendak rakyat dan melawan segala ancaman yang dapat merusak demokrasi. Setiap suara adalah amanah untuk masa depan yang lebih baik.